Pages

Minggu, 07 Agustus 2011

Kisah Anak Misterius


Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah lima hari ini ia

mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya,

menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini

bagi orang kampung sungguh menyebalkan.



Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan

kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang

tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa,

lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik

es tersebut.



Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung

melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari

pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan

haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang

melihatnya. Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena

kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung

itu lebih terik dari biasanya.



Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampong mengenai bocah itu.

Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan

memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti

isi daging tersebut. Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu

kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang,

bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang

menyeramkan.



Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya. Luqman memutuskan akan

menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap

bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan

muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan

muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga! Tidak

lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari

dengan menyeruput es kelapa itu.



Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin

meminum es itu juga. Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma,ya itu

tadi,bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot,

seakan-akan matanya akan keluar. "Bismillah.. ." ucap Luqman dengan

kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia

berpikir,kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek

keterangan apa maksud semua ini.



Kalau memang bocah itu "bocah beneran" pun, ia juga akan cari

keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu. Mendengar ucapan

bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman.

Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan

membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda

tanya dari orang-orang yang melihatnya. "Ada apa Tuan melarang saya

meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini

kepunyaan saya?" tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman,

seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya.



Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman. "Maaf ya, itu karena kamu

melakukannya dibulan puasa," jawab Luqman dengan halus,"apalagi kamu

tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan

lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu.."

Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak

itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap

Luqman lebih tajam lagi.



"Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian

yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu

mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan

pada sebelas bulan diluar bulan puasa? Bukankah kalian yang lebih sering

melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya

dan melupakan kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan

melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat

mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan

kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal..?! Bukankah

juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk

menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan

maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian...!?" Bocah itu

terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela.



Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas

dan terdengar "sangat" menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba.

"Ketahuilah Tuan.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa

berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada

makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang

siang saja.



Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah

yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya,

lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri? Bukankah

kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar

biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya

dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri? Tuan.., sebelas

bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan

Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula. Tuan.., kalianlah

yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa

terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan

adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti

kami...! Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta?



Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih? Tuan..,

sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan

tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat?

Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan

hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat.. Tahukah

Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa? Tuan.., jangan merasa

aman lantaran kaki masih menginjak bumi.



Tuan..., jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan

pangan 'tuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah

menyatu dengan bumi kelak...." Wuahh..., entahlah apa yang ada di kepala

dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah

kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan

bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman,

bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan

tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang

dibuatnya terbengong-bengong.



Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi.

Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian

jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang

bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Di tengah deru

nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi

semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran

didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah

Luqman! Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah

menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik

ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur.



Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini

bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang

dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberikan pelajaran yang

berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita

ingat..



Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka

yang tidak memiliki penghidupan yang layak. Bocah tadi juga memberikan

Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada diatas, yang

sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang

kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan

mempertontonkan kemewahan yang berlebihan. Marilah berpikir tentang

dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan

kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar.



Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang

luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata

hatinya. Sekarang yang ada dipikirannya sekarang , entah mau dipercaya

orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama

bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua

orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.



Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang

menghendaki bercahayanya hati. Pertemuan itu menjadi pertemuan yang

terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya.

Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang

betul adanya. Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang

yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.





Sebuah cerita dari seorang teman KPDJ

http://www.facebook.com/habibmudhofar

Bookmark and Share
Baca lagi...